Kabar baik bagi mereka yang hobi tidur. Studi teranyar mengatakan bahwa mereka yang hobi "Tidur" justru akan hidup lebih lama. Penderita apnea alias gangguan tidur berisiko cepat mati daripada mereka yang bisa nikmati tidur lelap, demikian ungkap jurnal Sleep. Gangguan tidur ini misalnya gangguan napas saat terlelap seperti mendengkur.
"Memang bukan kondisi yang langsung membunuh secara akut. Ini adalah gangguan yang sifatnya menggerogoti kesehatan pelan-pelan," jelas Dr. Michael J. Twery, direktur National Center on Sleep Disorders Research.
Orang dengan gangguan tidur menderita dalam jangka waktu lama, berjuang untuk bisa tidur lelap. Ini terjadi malam demi malam, minggu demi minggu dan seterusnya. Ada sekitar 12-18 juta orang Amerika menderita apnea. Mereka susah bernapas saat tidur karena saluran udara bagian atasnya menyempit atau bahkan tertutup saat tidur. Akibatnya udara sulit menjangkau paru-paru. Dalam beberapa kasus bahkan ada yang berhenti bernapas selama beberapa detik atau menit, lalu terbangun mendadak. Biasanya mereka yang mengalami ini adalah para pendengkur.
Tak Beraturan
"Tidak selamanya saat berhenti bernapas kita langsung bangun," kata Tweery. Penderita apnea ini bisa mengalami 4-5 kali siklus terbangun dan tidur lagi dalam semalam, juga tidur REM (rapid eye movement). Pada pola tidur yang normal terjadi kontrol hormon, metabolisme dan stres. Jika polanya tidak normal seperti yang dialami penderita apnea, berarti kontrol ketiganya juga tidak beraturan.
Pasien apnea juga berisiko terkena gangguan jantung, tekanan darah tinggi, stroke,dan diabetes. Studi ini berdasarkan analisa Wisconsin Sleep Cohort terhadap 1.522 lelaki dan perempuan berusia 30-60 tahun. Angka rata-rata kematian penderita apnea adalah 5,54 dan 5,42 per 1000 orang. Ini adalah duakali lipat dari orang tanpa gangguan tidur.
Begadang Memicu Kanker Prostat dan Payudara
Lagu "Begadang Jangan Begadang" -nya Rhoma Irama nampaknya ada benarnya. Begadang bukan hanya tak ada gunanya, tapi juga memicu kanker. Kenapa bisa begitu? Badan kesehatan dunia WHO baru saja mengeluarkan surat rekomendasi kepada begara anggota PBB untuk menilik kembali peraturan shift malam warganya.
Sel Rusak
Sebuah riset yang berlangsung dari 1987 oleh ahli kanker Steve Richards menunjukkan korelasi antara kerja malam dan kemungkinan menderita kanker. Orang-orang yang bekerja di malam hari hingga subuh atau pagi hari ternyata memiliki ketidakseimbangan hormon yang akhirnya mempengaruhi sistem kekebalan tubuh khususnya pada perkembangan sel-sel rusak yang seharusnya dihancurkan oleh sel-sel imun.
Pada tubuh normal, yakni waktu kerja pagi-sore, siklus metabolisme tubuh akan meningkat di pagi hari dan mulai menurun hingga malam hari. Saat seseorang memaksakan untuk terjaga di malam hari, tubuh akan memompa darah sebanyak mungkin dan mendorong sistem imun untuk meningkatkan sel-sel kekebalan tubuh seperti sel T dan CD4. Bila "pemaksaan" ini dilakukan satu-dua kali, tubuh masih dapat memberikan toleransi tetapi saat menjadi kebiasaan, siklus tubuh yang diatur oleh jam biologis otak (circadian time clock) akan berubah dari default (pagi-sore) menjadi sore-pagi. Ini membuat kekebalan tubuh menurun di pagi hari dimana bibit penyakit dan bahan-bahan karsinogenik bertebaran di udara akibat perubahan suhu dan angin. Hasil riset ini dipublikasikan dalam The Lancet Oncology bulan ini.
Pustaka :
- Associated Press.
- http://www.nu.nl
SEMOGA BERMANFAAT